BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
Masalah sumber
daya timbul karena adanya ketidakseimbangan antara sumber daya yang tersedia
dengan kebutuhan manusia yang terus meningkat. Ada empat masalah yang berkaitan
dengan keberadaan sumber daya, yaitu masalah kependudukan dengan lingkungan
hidup, masalah produktivitas lahan dan manusia, masalah kualitas lingkungan dan
masalah penyebaran sumber daya. Hukum kelangkaan merupakan landasan fundamental
bagi keberadaan ekonomi sumber daya manusia dan ekonomi sumber daya alam.
Ekonomi sumber daya manusia sebagai cabang
khusus dari ilmu ekonomi pada dasarnya menjelaskan bagaimana memanfaatkan sumber daya manusia yang terbatas dalam rangka menghasilkan berbagai barang dan jasa untuk memenuhi kebutuhan manusia seoptimal mungkin. Sejalan dengan itu, ekonomi sumber daya alam juga merupakan cabang khusus dari ilmu ekonomi yang kajiannya memfokuskan pada masalah pemanfaatan sumber daya alam yang ada, baik pada waktu sekarang maupun masa yang akan datang. Dalam membahas fokus kajiannya, ekonomi sumber daya manusia tidak hanya menggunakan teori ekonomi mikro tetapi juga teori ekonomi makro. Di lain pihak, ekonomi sumber daya alam lebih banyak menggunakan pendekatan teori ekonomi mikro. Ekonomi sumber daya manusia dan ekonomi sumber daya alam keduanya dapat dikategorikan sebagai ilmu ekonomi terapan atau ilmu ekonomi normatif.
khusus dari ilmu ekonomi pada dasarnya menjelaskan bagaimana memanfaatkan sumber daya manusia yang terbatas dalam rangka menghasilkan berbagai barang dan jasa untuk memenuhi kebutuhan manusia seoptimal mungkin. Sejalan dengan itu, ekonomi sumber daya alam juga merupakan cabang khusus dari ilmu ekonomi yang kajiannya memfokuskan pada masalah pemanfaatan sumber daya alam yang ada, baik pada waktu sekarang maupun masa yang akan datang. Dalam membahas fokus kajiannya, ekonomi sumber daya manusia tidak hanya menggunakan teori ekonomi mikro tetapi juga teori ekonomi makro. Di lain pihak, ekonomi sumber daya alam lebih banyak menggunakan pendekatan teori ekonomi mikro. Ekonomi sumber daya manusia dan ekonomi sumber daya alam keduanya dapat dikategorikan sebagai ilmu ekonomi terapan atau ilmu ekonomi normatif.
B. Rumusan
Masalah
1. Bagaimana
pengukuran ekonomi terhadap kelangkaan ?
2. Bagaimana
peran SDA dalam pembangunan dan pertumbuhan ekonomi ?
C. Tujuan
Pembuatan Makalah
1. Sebagai
tugas pengganti UAS pada mata kuliah Bahasa Indonesia
2. Untuk
mengetahui tentang pengukuran ekonomi
terhadap kelangkaan
3. Untuk
menambah pengetahuan tentang kelangkaan yang terjadi di Indonesia.
D. Manfaat
Penulisan
Manfaat yang diperoleh dari penulisan makalah ini
mencakup beberapa yang diantaranya sebagai berikut :
a.
Bagi Mahasiswa : Makalah ini dapat digunakan
sebagai referensi atau masukan tentang pentingnya pengetahuan terhadap
kelangkaan yang terjadi
b.
Bagi Masyarakat Umum :
Sebagai bahan bacaan yang bermanfaat untuk menambah pengetahuan tentang
pendidikan serta untuk menambahkan peran aktif masyarakat dalam pendidikan.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian Kelangkaan dan Macam-Macam Sumber Daya Alam
dalam Ekonomi
Pengertian
Kelangkaan (Scarcity) :Menurut Lipsey, kelangkaan
dapat diartikan sebagai suatu kondisi dimana jumlah kebutuhan manusia yang
sangat tidak terbatas sementara sumber daya untuk memenuhi kebutuhan tersebut
sangat terbatas jumlahnya. Dengan singkat kata kelangkaan terjadi karena jumlah
kebutuhan lebih banyak dari jumlah barang dan jasa yang tersedia.
Dalam
ekonomi sumber daya alam di bagi menjadi dua yaitu :
1)
SD. Alam yang dapat diperbarui (renewable resources),
dimana sumber daya alam ini memiliki kemampuan untuk memperbarui baik secara
alami maupun harus dengan campur tangan manusia.
2)
SD. Alam yang tidak dapat diperbarui (non renewable
resources), yaitu sumber daya alam yang tidak mempunyai kemampuan memperbarui
baik alami maupun oleh manusia. Misalnya berbagai macam tambang.
B.
Pengukuran Ekonomi Terhadap Kelangkaan
Kebenaran dari seluruh alat pengukur masih
perlu dikaji bagaimana ketelitian dari alat ukur tersebut. Pendekatan dengan
biaya produksi, maupun scarcity rent harus dikaji ulang mengingat kondisi pasar
yang ada, khususnya apakah mekanisme pasar dapat bekerja secara sempurna, tidak
ada eksternalitas, dan tidak ada campur tangan pemerintah. Pendekatan
baik secara fisik maupun secara ekonomis sama-sama memiliki kelemahan.
Pendekatan secara fisik tidak memiliki kepastian mengenai besarnya persediaan.
Sedangkan pendekatan secara ekonomis memiliki kelemahan yaitu bila mekanisme
pasar tidak dapat bekerja secara sempurna. Oleh karena itu masih sulit untuk
memastikan kondisi dari sumber daya alam itu, apakah masih melimpah atau sudah
langka adanya .
Pendekatan
yang di gunakan dalam mengukur kelangkaan di bagi menjadi dua yaitu :
a.
Biaya
Produksi
Ekonom klasik Ricardo dan Jevons melihat bahwa
peningkatan biaya produksi berhubungan dengan semakin berkurangnya persediaan
sumber daya alam. Memang barang sumber daya alam sudah terus menerus diambil
dari bumi ini. Barneett dan Morse telah meneliti pola perkembangan biaya
produksi untuk komoditi ekstraktif sepanjang sejarah perkembangan industri di
Amerika Serikat
Barnett dan Morse memulai studinya dengan melihat pada
doktrin Klasik tentang meningkatnya kelangkaan ekonomis akan sumber daya alam.
Pada umumnya orang percaya bahwa sumberdaya alam secara ekonomis memang langka,
dan berkembangnya waktu sumberdaya alam itu menjadi semakin langka, dan ini
akan menganggu kehidupan manusia dan pertumbuhan ekonomi. Namun dalam studi
Barnett dan Morse itu, dikemukakan bahwa teori klasik mengenai meningkatnya
kelangkaan sumberdaya alam itu tidak dapat diterima, kecuali dalam hal
yang sangat terbatas atau tertutup.
Barnett dan Morse membuat hipotesis tentang kelangkaan
sumberdaya alam yaitu bahwa sumberdaya alam itu semakin langka bila:
1)
Biaya rill persatuan output meningkat terus selama
periodepengambilan.
2)
Biaya komoditi yang diambil relatif lebih tinggi
daripada biaya produksi komoditi lain.
3)
Harga komoditi yang diambil relatif lebih tinggi dari pada
harga komoditi lain.
a) Beberapa Alasan Mengapa SDA tidak Makin Langka
1.
Karena adanya barang subsitusi
bagi SDA
2.
Karena adanya penemua baru dg dipa
kainya metode ekplorasi baru, seperti metode geofisik, geokemis dan satelit.
3.
Karena ada peningkatan dalam
impor meneral dan metal.
4.
Perkembangan teknologi
5.
Recycling (daur ulang)
b)
Harga Barang
Sumberdaya Alam
1. Makin mahal harga barang sumberdaya makin langka sumberdaya tersebu
2. Rent adalah harga bayangan satu satuan barang sumberdaya dalam persediaan.
3. Bila tertarik pada kelangkaan maka rent lebih tepat sebagai alat ukurnya.
Namun bila mengetahui banyaknya pengorbanandala memperoleh SDA, maka
harga lebih tepat sebagai inikatornya karena harga sudah mencakup biaya
produksi dan rent
4. V.K Smith menemukan bahwa laju penurunan harga barang sumberdaya itu
semakin kecil, ini menunjukkan keadaan sumber daya semakin langkah
c)
Kelemahan
pengukuran Biaya Produksi Menurut Brown Field
a. Biaya rata2 oleh Barnett dan Morse dalam mengukur kelangkaan merupakan
indikator yang meragukan karena:
1.
Dalam dunia yg berkembang terus, biaya
rata2 tidak tepat digunakan untuk mengukur kelangkaan yg semakin meningkat
karena karena tingkat teknologi berkembang terus.
2.
Bahwa biaya persatuantidak memperhitungkan
biaya2 pengambilan sumberdaya di masa datang sebagai akibat dari meningkatnya
kelangkaan itu sendiri.
3.
Biaya persatuan tidak dapat menjadi indek
pengukur yg tepat, karena biaya pengambilan di masa datang tidak dapat
diperhitungkan di sini
4.
Biaya persatuan tidak mencerminkan keadaan
semakin berkurangnya SDA
5.
Biaya persatuan merupakan alat pengukur yg
kurang tepat
b.
Bahwa harga barang sumberdaya relatif
lebih baik dp biaya persatuan sebagai pengukur kelangkaan SDA karena:
1. Harga riil barang sumberdaya lebih melihat ke depan dan mencerminkan adanya
biaya yg diharapkan di masa yg akan datang baik untuk eksplorasi, pene muan,
maupun pengambilan.
2. Kemajuan teknologi mengalihkan tanda2 kelangkaan SDA yg ditunjukan oleh
harga riil barang sumberdaya. Conto akhir abad ke xix kayu menjadi langka,
tetapi kemajuan teknologi telah dapat menjamin kestabilan harga barang.
3. Harga riil tidak menunjukkan adanya ke cendrungan semakin langkanya SDA yg
memiliki sumberdaya pengganti.
4. Harga riil sumberdaya dapat meningkat atau menurun, yg berarti menunjukkan
adanya kelangkaan, tergantung harga mana yang dipakai untuk membuat angka
indek(price deplator). Oleh karena itu harga barang sumberdaya alam juga
merupakan alat pengukur yang kurang jelas
c.
Nilai dari SDA atau nilai SDA di tempatnya
(in situ resources), merupakan alat pengukur yg ketiga terhadap kelangkaan SDA.
Nilai sewa ini lebih tepat menggambarkan kelangkaan SDA dp dua cara sebelumnya.
Nilai sewa SDA pada umumnya meningkat beberapa puluh tahun yg terakhir, tetapi
biaya produksi dan harga barang justru menurun, khusus nya kayu.
b.
Harga Barang
Sumberdaya Alam
Kelangkaan
sumberdaya alam dapat dilihat dari harga barang sumberdaya yang semakin
meningkat maupun dilihat dari “ royalty “ atau “ Rent “. Rent adalah harga
bayangan satu satuan barang sumberdaya dalam persediaan ( stock ). Bila
seseorang tertarik pada “ kelangkaan “ maka “ rent “ lebih tetap sebagai alat
pengukurannya. Namun bila seseorang berminat untuk mengetahui banyaknya
pengorbanan dalam memperoleh baran sumberdaya alam, maka harga lebih tepat
sebagai indikatornya karena harga sudah mencakup biaya produksi dan rent.
Selanjutnya karena rent sangat sulit untuk diamati maka “ harga” lebih banyak
dipakai sebagai indikator baik untuk melihat kelangkaan maupun pengorbanan guna
menghasilkan barang sumberdaya alam.
Brown dan
Field mengatakan bahwa semua cara yaitu biaya produksi per satuan, harga barang
sumberdaya alam dan nilai sewa ekonomis memiliki kelemahannya sendiri – sendiri
dan mereka membagi hal – hal tersebut, sebagai berikut :
1.
Biaya rata- rata atau biaya persatuan yang dipakai
oleh Barnett dan Morse dalam mengukur kelangkaan sumberdaya alam merupakan
indikator yang meragukan karena hal – hal sebagai berikut :
a)
Dalam dunia yang berkembang terus, biaya rata –rata
tidak tepat digunakan untuk mengukur kelangkaan yang semakin meningkat karena
tingkat teknologi berkembang terus.
b)
Bahwa biaya per satuan tidak memperhitungkan biaya –
biaya pengambilan sumberdaya di masa datang sebagai akibat dari meningkatnya
kelangkaan itu sendiri.
c)
Biaya per satuan tidak dapat menjadi indeks pengukur
yang tepat, karena biaya pengambilan di masa datang tidak dapat diperhitungkan
di sini.
d) Biaya per
satuan tidak mencerminkan keadaan semakin berkurangnya sumber daya alam.
e)
Biaya persatuan merupakan alat pengukur yang kurang
tepat.
2.
Harga barang sumberdaya relatif lebih baik dari pada
biaya per satuan sebagai pengukur kelangkaan sumberdaya alam karena :
a)
Harga rill barang sumberdaya lebih melihat kedepan dan
mencerminkan adanya biaya yang diharapkan di masa datang baik untuk eksplorasi,
penemuan, maupun pengambilan.
b)
Kemajuan teknologi mengalihkan tanda – tanda
kelangkaan sumberdaya alam yang ditunjukkan oleh harga rill barang sumberdaya.
c)
Harga rill tidak menunjukkan adanya kecenderungan
semakin langkanya sumberdaya alam yang memiliki sumberdaya pengganti (
subsitusi ).
d) Harga rill
sumberdaya dapat meningkat ataupun menurun, yang berarti menunjukkan adanya
kelangkaan atau berkurangnya kelangkaan tergantung pada harga mana yang dipakai
untuk membuata angka indeks ( price deflator ). Oleh karena itu harga barang
sumberdaya alam juga merupakan alat pengukur yang kurang jelas.
3.
Nilai sewa dari sumberdaya alam ( economic rent ) atau
nilai sumberdaya alam ditempatnya ( in
situ resources ), merupakan alat pengukur yang ketiga terhadap kelangkaan
sumberdaya alam. Nilai sewa ini lebih tepat menggambarkan kelangkaan sumberdaya
alam daripada sumberdaya yang disebut sebelumnya. Nilai sewa ( economic rent )
semberdaya alam pada umumnya meningkat dalam beberapa puluh tahun yang
terakhir, tetapi biaya produksi dan harga barang justru menurun.
Namun ada
beberapa keberatan terhadap alat pengukur ini, diantaranya yaitu :
a)
Sulit untuk mendapatkan data nilai sewa ekonomis dari
sumberdaya alam, karena nilai sewa semberdaya alam itu tidak praktis dalm
jangka pendek.
b)
Nilai sewa lebih memperkirakan kelangkaan sumberdaya
alam yang semakin meningkat dalam arti ekonomi, tetap berkurangnya sumberdaya
alam secara fisik belum tentu sejalan dengan kenaikan nilai sewa semberdaya
alam sebagai cermin dari kelangkaan ekonomis.
c)
Sebagai sumberdaya alam diusahakan untuk memenuhi
kepentingan umum, sehingga harga pasar tidak mencerminkan penilaian yang
sesungguhnya terhadap sumberdaya alm itu.
d) Tidak ada
“future market” untuk sumberdaya alam,
sehingga tingkat harga dimasa yang akan datang hanya ditentukan oleh harapan
saja ( expectation ).
e)
Semberdaya alam mempunyai aspek baran publik, yang
pengkonsumsiannya tidak harus mengeluarkan orang yang tidak sanggup membayar (
exclusion principel tidak berlaku ), dan kalau barang itu dikonsumsi tidak
mengurangi yang tersedia untuk dikonsumsi orang lain ( rivalry in consumption
tidak berlaku ), sehingga harga pasar kurang dapat mewakili.
Sebagai upaya selanjutnya, Brown dan
Field mengajukan sebuah alat lagi yaitu dengan melihat elastisitas subtitusi
antara faktor – faktor produksi khususnya kapital dan tenaga kerja apabila
terdapat kelangkaan sumberdaya alam.jadi dengan melihat kemudahan bagi faktor
produksi lain dalam menggantikan sumberdaya alam yang relatif semakin langkah.
Semakin berkurangnya semberdaya alam sebenarnya tidak perlu ditakutkan asalkan
ada kemudahan untuk menggantikan sumberdaya yang semakin langkah itu dengan
sumberdaya lain yang lebih banyak jumlahnya. Jadi dalam hal ini sumberdaya alam
itu tidak langkah selama sudah dalam mencarikan penggantinya. Oleh karena itu
tampaknya ukuran kelangkaan itu dapat dilihat dari elastisitas subsitusinya
yang mencerminkan tanggapan dalam perubahan penggunaan sumberdaya alam dan
sumberdaya pengganti terhadap perubahan harga.
C.
PERANAN SDA DALAM PEMBANGUNAN
Hubungan antara
pertumbuhan ekonomi dan tersedianya sumberdaya alam tidak sama dengan hubungan
antara pertumbuhan ekonomi dan tersedianya barang sumberdaya yang yang dipakai
dalam proses produksi.Semakin cepat pertumbuhan ekonomi akan emakin banyak
barang sumberdaya yang diperlukan dalam proses produksi yang pada gilirannya
akan mengurangi tersediannya sumberdaya alam yang ada di dalam bumi karena
barang sumberdaya itu harus diambil dari tempat persediaan (stock) sumberdaya
alam.Jadi semakin menggebunya pembngunan ekonomi di negara yang sedang
berkembang termasuk negara kita Indonesia karena merasa tertinggal dari Negara
lain dan ingin menghilangkan adanya kemiskinan di negara tersebut,maka akan
berati semakin banyak barang sumberdaya yang diambil dari dalam bumi dan
semakin sedikitlah jumlah persediaan sumberdaya alam tersebut.Dengan demikian
dapat dikatakan ada hubungan yang positif antara jumlah dan kuantitas barang
sumberdaya dan pertumbuhan ekonomi,tetapi sebaliknya ada hubungan yang negatif
antara pertumbuhan ekonomi dan tersedianya sumberdaya alam yang ada didalam
bumi.Disamping itu dengan pembangunan ekonomi yang cepat yang dibarengi denagan
pembangunan pabrik,akan tercipta pula pencemaran lingkungan yang semakin
membahayakan kehidupan manusia.
Hubungan antara jumlah
penduduk pertumbuhan ekonomi,barang sumber daya alam dan lingkunga dapat
digambarkan sebagai berikut:
Dari gambar diatas
dapat di jelaskan bahwa hubungan antara jumlah penduduk,pertumbuhan
ekonomi,barang sumber daya alam dan lingkungan,.Dengan berkembangnya jumlah penduduk
perekonomian harus lebih banyak menyediakan barang dan jasa demi mempertahankan
atau mempertinggi taaf hidup suatu bangsa.Namun peningkatan produksi barang dan
jasa akan menuntut lebih banyak produksi barang sumber daya alam yang harus
diambil dari persediannya.Akibatnya sumber day alam menjadi semakin menipis
dismping itupencemaran lingkungan semakin meningkat seiring laju pertumbuhan
ekonomi.Jadi dengan pembangunan ekonomi akan terjadi dua macam akibat yaitu di
satu pihak memberikan dampak positif bagi kehidupan manusia berupa semakin
tersedianya barang dan jasa dalam perekonomian dan dilain pihak terdapat dampak
negative bagi kehidupan manusia berupa pencemaran lingkungan dan menipisnya
sumber daya alam.Oleh karena itu pembangunan ekonomi haruslah bersifat
pembangunan yang berwawasan lingkungan atau pembangunan yang yang berkelanjuta
dan tidak menguras SDA.Konsep pembangunan ekonomi dengan pertumbuhan ekonomi
merupakan hal yang berbeda. Terjadinya pembangunan ekonomi selalu dibarengi
dengan pertumbuhan ekonomi, tetapi pertumbuhan ekonomi belum tentu mencerminkan
terjadinya pembangunan ekonomi. Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu
kriteria. Keberhasilan pembangunan ekonomi. Keterkaitan antara sumber daya
manusia dan alam dengan pembangunan ekonomi ditunjukkan oleh konsep fungsi
produksi. Dalam rangka memacu pertumbuhan ekonomi, pengembangan sumber daya
manusia mutlak diperlukan. Melalui pendekatan terpadu pengembangan sumber daya
manusia, peranan sumber daya manusia dalam proses pembangunan ekonomi akan
semakin penting. Ada hubungan tertentu antara pertumbuhan ekonomi dengan sumber
daya alam dan dengan barang sumber daya alam. Hubungan negatif terjadi antara
pertumbuhan ekonomi dengan sumber daya alam, sedang hubungan positif terjadi
antara pertumbuhan ekonomi dengan barang sumber daya alam. Peranan sumber daya
alam dalam pembangunan ekonomi akan ditentukan oleh tingkat teknologi, modal
dan juga kualitas sumber daya manusianya itu sendiri. Memacu pembangunan
ekonomi berarti pula mengurangi persediaan sumber daya alam. Karena itu
diperlukan pengertian pemanfaatan sumber daya alam yang bijaksana dan lestari,
yang disertai pula dengan pengertian tentang pembangunan yang berwawasan
lingkungan.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan
bahwa pengukuran kelangkaan melalui pendekatan secara fisik maupun secara
ekonomis sama – sama memiliki kelemahan. Pendekatan secara fisik tidak memiliki
kepastian mengenai besarnya persediaan, sedangkan pendekatan secara ekonomis
memiliki kelemahan yaitu bila mekanisme pasar tidak dapat bekerja secara
sempurna. Oleh karena itu masih sulit untuk memastikan kondisi dari sumberdaya
alam itu, apakah masih melimpah atau sudah langkah adanya, walaupun kita
mengetahui secara pasti bahwa
pengambilannya telah dilakukan secara terus – menerus bahkan dengan laju yang
semakin meningkat.
Dapat disimpulkan juga bahwa ketelitian
dari alat pengukur ini perlu dikaji bagimana ketelitian dari alat pengukur
tersebut. Pendekatan dengan biaya produksi, maupun scarcity rent harus
mengingat kondisi pasar yang ada; khususnya apakah mekanisme pasar dapat
bekerja secara sempurna, tidak ada eksternalitas ( eksternality ), dan tidak
ada campur tangan pemerintah.
Pentingya
peranan sumber daya alam dalam pembangunan berkelanjutan, tanpa menghindari
kepunahan dari sumber daya alam itu sendiri.
Oleh karena itu perlu adanya pengelolaan dan
pengendalian melalui berbagai usaha antara lain:
·
Pengambilan sumber daya alam tidak boleh
melebihi tingkat pertumbuhan.
·
Kapasitas lingkungan dalam menyerap pencemaran
tidak boleh berkurang.
·
Melestarikan fungsi lingkungan baik sebagai
sumber bahan mentah maupun sebagai penampung limbah.
·
Menyatukan pemikiran ekonomi dengan ekologi.
·
Peran serta masyarakat setempat dalam
pengelolaan sumber daya lingkungan ditingkatkan melalui penyuluhan-penyuluhan.
B.
Saran
Semoga dengan tersusunya karya tulis ini
dapat menambah wawasan dan pengetahuan tentang, ekonomi sumberdaya alam dan
mengetahui aspek – aspek kelangkaan sumberdaya alam. Selain itu agar dapat
mengetahui betapa pentingnya peranan sumberdaya alam terhadap ekonomi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar