LOVE NOTES : 3
Semua hal. . . .
baik itu sedih, senang, tawa, dan bahagia.
aku dan ALLAH saja, yang mengetahuinya. . .
disaat aku bahagia, senang, dan mampu tertawa
aku bisa membagi hal itu dengan semua orang.
Namun, , ,
disaat hati ini sedih . . .
aku selalu berusaha untuk menyembunyikannya
dari orang - orang di sekeliling ku
aku mampu berkata, AKU BAIK - BAIK SAJA. . .
walaupun. . .
dibalik senyum dan tawa ku
aku memikul begitu banyak beban dan kesulitan
Aku selalu menahan air mata ini
agar tidak menetes dan terjatuh
karena
aku tidak ingin, air mata itu
membuat orang - orang juga ikut merasakan
KESAKITAN KU. . .
Sabtu, 08 Juni 2013
Jumat, 07 Juni 2013
NERACA PEMBAYARAN,UTANG NEGARA-NEGARA DUNIA KETIGA,DAN KONTROVERSI STABILITAS MAKROEKONOMI
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
Dalam bab ini
akan dibahas secara lanjut dan secara luas tentang neraca perdagangan
negara-negara berkembang,juga selanjutnya menelaah dimensi-dimensi dan
dampak-dampak dari dilema utang negara-negara Dunia Ketiga.Dalam bab ini juga
akan berfokus pada masalah bangaimana krisis utang tersebut terjadi selama
dekade 1980-an,dan tetap menjadi hambatan utama bagi pertumbuhan di Afrika.dan
bagaimana caranya untuk mengatasinya.Banyak negara-negar yang sedang berkembang
mengalami masalah yang sama sehingga menghambat pertumbuhan negara tersebut dan
menjadikan negara itu luntur dari tinjauan berbagai negara maju yang menawarkan
bantuan.Dalam bab ini juga akan disajikan cara bagaimana cara maupun
alternatif-alternatif yang baik dan benar dalam mengatasi krisis utang
khususnya sehingga memperlancar pembayaran dan menyeimbangkan neraca
pembayaran.Juga tersajikan studi kasus yang melibat suatu naegara yang
mengalami krisis utang ,sejarahnya,bagaimana bisa terjadi krisi utang yang
berlebihan juga tentunya bagaimana cara mengatasinya.Maka penting untuk kita
mempelajari bab ini dalam bagaimana memahami neraca pembayaran,memahami sejauh mana
krisis utang yang berlebihan dan bagaimana cara mengatasinya.
B. Rumusan
Masalah
Adapun rumusan masalahnya sebagai
berikut :
I.
Tinjauan umum neraca pembayaran
II.
Pembiayaan (penutupan) dan pengurangan
angka defisit neraca pembayaran
III.
Krisis utang dekade 1980-an
IV.
Upaya penaggulangan: Inststabilitas
makroekonomi,kebijakan-kebijakan stabilisasi IMF,serta berbagai kelemahannya
V.
Studi kasus
C. Tujuan
Penulisan
Setiap penulisan
makalah pastilah ada tujuan tertentu didalamnya.Demikian juga saya sebagai
penulis ingin meyampaikan sesuatudari pembuatan makalah ini.Adapun tujuan saya
adalah semoga pembaca semakin memahami dan mengerti apa itu neraca
pembayaran,seperti apa krisis utang negara itu pada negara sedang berkembang
(negara dunia ketiga).Juga tentunya bagaimana cara mengatasinya yang
menggunakan alternatif-alternatif yang baik dan benar.Juga terdapa studi kasus
yang dapat pembaca pelajari bagaimana suatu negara Dunia Ketiga mengalami
krisis utang yang dapat mempengaruhi neraca pembayarannya hingga caranya dalam memperbaiki
negaranya melalui alternatif tersendiri.Harapan saya,semoga pembaca bisa
memahami dan lebih mengerti lagi tentang pembahasan dalam bab ini.
BAB
II
PEMBAHASAN
I.
Tinjauan umum Neraca Pembayaran
Sebuah tabel
neraca pembayaran dirancang untuk merangkum transaksi finansial penduduk (pelaku ekonomi keseluruhan,termasuk
pemerintah) dari suatu negara dengan penduduk atau pelaku ekonomi dari
negara-negara lain.Pada dasarnya ada tiga komponen dasar seperti yang diperlihatkan oleh rangkuman skematis pada
tabel dibawah ini.
Table 14.1 Skema Neraca Pembayaran
Ekspor
barang dan jasa
|
A
|
Impor
barang dan jasa
|
B
|
Pendapatan
dari investasi
|
C
|
Pembayaran
bunga dan cicilan utang
|
D
|
Saldo
kiriman uang dan transfer uang
|
E
|
Total saldo neraca transaksi berjalan
(A-B+C-D+E)
|
F
|
Investasi
swasta langsung
|
G
|
Utang
luar negeri (Swasta dan pemerintah),dikurangfi amortisasi
|
H
|
Kenaikan
aset luar negeri dalam sistem perbaikan domestik
|
I
|
Arus
keluar modal milik penduduk
|
J
|
Total saldo neraca transaksi (G+H-I-J)
|
K
|
Kenakan
(atau penurunan) neraca cadangan kas (cash reserver account) atau neraca
cadangan internasional
|
L
|
Catatan koreksi dan penghapusan (erros
and ommisions) (L-F-K)
|
M
|
Terdapat 3 komponen dari neraca
pembayaran :
v Neraca Transaksi Berjalan (Cerrent
Account)
Yaitu
sebuah neraca yang berfokus pada transaksi ekspor dan impor (barang maupun
jasa),pendapatan,investasi,pembayaran cicilan dan pokok utang luar negeri,serta
sado kiriman dan transfer uang dari dan keluar negeri baik yang dilakukan oleh
pemerintah maupun dari kalangan swasta (Individual).Secara spesifiknya neraca
ini menonjolkan saldo yang merupakan selisih antara nilai ekspor dan impor,yakni
saldo neraca perdagangan barang (merchandise trade ballance) dan menambahnya
dengan saldo pendapatan investasi dari luar negeri neto,yakni selisih antara
bunga dan deviden yang diterima oleh penduduk negara yang bersangkutan dari
investasinya(dalam bentuk saham,obligasi,dan deposito di bank ) di luar negeri,dikurangi
dengan jumlah bunga dan deviden yang diterima oleh penduduk negara lain atas
investasinya yang berada di negara itu,serta selisih antara pendapatan
perusahan milik asing yang berada di negara tersebut.Terhadap angka total ini
(A-B+C),di kurangi lagi dengan transaksi D,yakni pembayaran bunga dan cicilan
utang.Selanjutnya angka hasil pengurangan itu ditambah dengan transaksi E,yakni
saldo neto atas kiriman dan transfer uang,baik ddari pihak pemerintah maupun
swasta,termasuk kiriman uang yang dikirim oleh para penduduk yang bekerja di
luar negeri.
Sedangkan
hasil akhirnya (A-B+C-D+E) menghasilkan apa yang disebut sebagai saldo
(balance) dari neraca transaksi berjalan.Jika angkanya positif maka disebut surplus,sebaliknya jika angkanya
negatif maka disebut defisit.
v Neraca Modal (capital account)
Mencatat
antara lain nilai investasi pihak swasta asing secara langsung (foreign direct
investment),terutama yaang dilakukan oleh atau yang berasal dari
perusahan-perusahan multinasional,pinjaman luar negeri yang diberikan oleh
perbankan swasta internasional,sarta pinjaman dan hibah dari pemerintah
negara-negara lain(dalam bentuk luar negeri),serta dari lembaga-lembaga donor
multilateral seperti hslnys IMF dan Bank Dunia.Arus masuk dari dana-dana luar
negeri itu kemudian dikurangi oleh suatu jenis transaksi yang sangat besar
nilainya.
v Neraca Tunai (cash account)
Pada
dasarnya komponen ini hanya merupakan transaksi penyeimbang yang angkanya
menjadi lebih kecil atau diturunkan apabila total pengeluaran pada neraca transaksi tersebut berjalan dan
neraca modal melebihi total penerimaannya
Transaksi-transaksi
positif dan negatif dalam Neraca Pembayaran
|
|
Transaksi
Positif (Kredit)
|
Transaksi
Negatif (Debet)
|
Setiap penjualan
barang atau jasa ke luar negeri (ekspor)
|
Setiap pembelian
barang/jasa dari luar negeri (Impor)
|
Setiap pendapatan
investasi milik penduduk domestik yang berada
di luar negeri dalam ekonomi domestik
|
Setiap investasi
penduduk domestik di luar negeri
|
Setiap penerimaan
uang dari luar negeri
|
Setiappengeluaran
uang ke luar negeri
|
Penerimaan hibah/hadiah
dari pihak-pihak luar negeri
|
Pemberian
hadiah/hibah ke pihak-pihak luar
|
Setiap penjualan
saham/obligasi ke luar negeri
|
Setiap pembelian
saham/obligasi dari luar negeri
|
Setiap
negara mengakumulasi cadangan kas
internasionalnya dalam bentuk berikut ini:
1. Mata
uang keras atau mata uang yang relatif terkuat di dunia
2.
Emas,baik itu hasil pertambangan
domestik maupun yang dibeli dari luar negeri
3. Deposito
di IMF,yang sampai batas-batas tertentu maupun bertindak sebagai bank cadangan
dari bank-bank sentral dari setiap negara
II.
Pembiayaan (penutupan) dan Pengurangan
Angka Defisit Neraca Pembayaran
Ø Beberapa
Masalah Awal Kebijkan
Untuk membiayai
atau menutup devisit neraca pembayaran sebesar US$25 juta tersebut ( yang
merupakan gabungan antara devisit neraca modal dan devisit neraca transaksi
berjalan) ,pemerintah negara berkembang yang kita kaji secara hipotesis
tersebut harus mengurus cadangan
internasional sebesar US$25 Juta.Cadangan internasional (international
reserves) terdiri dari emas,beberpa mata uang asing yang ter kuat,dan SDR (
special Drawing rights) atau mata uang artivisial buatan IMF.Cadangan nternasional bagi suatu negara sama fungsinya dengan rekening
bank untuk individu.Cadangan ini bisa ditarik kapan saja untuk membayar suatu
transaksi atau utang,dan jumlahnyajuga bisa bertambah
apabila pendapatan negara yang bersangkutan juga bertambah,dari peningkatan
volume pendapatan neto ekspor atau kenaikan arus masuk permodalan.Cadangan ini
juga bisa dan (pada kenyatanya memang sering kali) dipakai sebagai suatu agunan
atau jaminan untuk menarik pinjaman dari sumber-sumber keuangan diluar
negeri.
Saldo pada
neraca transaksi berjalan plus saldo pada neraca modal harus senantiasa di
seimbangkan melalui saldo pada neraca tunai atau cadangan internasional.Hal
tersebut telah diperlihatkan sebagi penurunan neto atas cadanagan moneter resmi dari negara itu
sebesar US$ 25 Juta.Negara-negara itu
berkembang itu sangat miskin,maka
cadanagan internasioanlnya sangat terbatas.Kondisi seperti ini,negara tersebut
akan sulit menutip devisit sebesar US$ 25 Juta dari kas domestiknya.Meskipun ia
memiliki cadangan moneter resmi sebesar itu,maka ia harus mengorbankan pos-pos anggaran yang penting yang akan
membatasi kemampuan melanjutkan impor
barang-barang modal dan konsumen yang amat dibutuhkannya.Dinegara-negara yang
paling terbelakang,yang bahkan harus
mengimpor bahan-bahan pangan un tuk penduduknya yang selalu terancam
kelaparan,dengan jumlah cadangan internasioanal yang sangat sedikit,penutupan
devisit neraca pembayaran seperti itu akan sangat memukul standar hidup jutaan
penduduk domestiknya.Bahkan sering kali
mereka harus berhutang hanya untuk menutup devisit,sehingga dengan
sendirinya hutang luar negerinya terus-menerus bertambah,sedangkan kemampuan
pelunasannya tidak menentu.
Dalam menghadapi
kenyataan atau proyeksi devisit neraca pembayaran yang pada dasarnya merupakan
gabungan dari gabungan devisit neraca berjalan dan neraca modal,pemerintahan
negara-negara berkembang itu memiliki beberapa macam pilihan kebijakan.
·
Mereka dapat berusaha memperbaki kondisi
neraca pembayaran itu melalui promosi ekspor atau pembatasan impor atau dengan
melaksanakan kedua-duanya.Bila ingin mmelaksanakan kebijakan promosi
ekspor,pilihan yang hendak dikembangkan sebagai andalan ekspornya biasanya
terbatas,dan harus memilih jenis produk primer atau skunder yang ingin
dipromosikan.Dalam upaya membatasi impor,kebijakan-kebijakan subtitusi impor
dan atau pemberlakuan tarif impor atau pengenaan kuota fisik secara selektif atau
pelarangan impor secara total.
·
Negara-negara yang berkembang yang
tengah mencoba memperbaiki kondisi
neraca pembayaran biasanya akan berusaha memacu investasi(baik investasi
asing swasta secara langsung maupun investasi portofolio ),serta meningkatkan
pinjaman dari bank-bank komersial internasional,mencari lebih banyak bantuan
dari pemerintah asing.Investasi dan
pinjaman kada imbalannya.Suatu saat nanti negara-negara berkembang yang
bersangkutan akan membayarnya kembali dalam jumlah yang lebih besar.Sedangkan
investasi secara langsfung dari pihak swasta asing,sebagian besar keuntungannya
akan kembali kenegara-negara asal modal itu.
·
Negara-negara Dunia ketiga itu dapat
berupaya memodifikasi dampak-dampak yang merusak dari devisit neraca pembayaran
yang kronis tersebut melalui peningkatan jumlah cadangan moneter resmi atau
cadangan sahamnya.Salah satu cara yang bisa ditempuh yaitu berusaha menambah
penarikan “emas kertas”internasioal baru terbitkan Dana Moneter Internasional
(IMF) yang dikenal dengan sebutan spesial drawing rights /
SDR.Berdasarkanfungsi ddan mekanisme kerja sistem moneter
internasioanal,negara-negara berkembang maupun maju yang mengalammi defisit
neraca pembayaran diminta untuk mengatasinya,
A.menarik simpanannya yang berupa
emas atau dolar Amerika Serikat.Pada tahun 1970 IMF diberi wewenang untuk menciptakan uang buatan yang disebut
SDR senilai US$10 miliar.Masalah pokok yang dihadapi adalah ketimpangan
produksi SDR dan,ketimpangan atau manfaat SDR itu anatar negara maju serta
berkembang yang sama merupakan negara IMF.Distribusi yang kini berlaku adalah
75 persen untuk 25 negara-negara industri maju dan 25 persen untuk sekitar 90
negara-negara berkembang yang aktif berpartisipasi dalam sistem moneter
internasional.
Ø Tren
Muthahir atas Kondisi Neraca Pembayaran Negara-negara Berkembang
Bagi kebanyakan
negara berkembang,dekade 1980-an merupakan periode yang sangat menyulitkan bagi
kondisi neraca pembayaran mereka,dalam kaitannya dengan negara-negara
lain.Strategi pembangunan konvensional yang dijalankan oleh pemerintah dinegara-negara berkembang banyak bertumbuh
kepada toleransi terhadap devisit neraca transaksi berjalan(pembangunan itu
berlangsung dengan dibayangi oleh adanya devisit transaksi berjalan yang cukup
besar).Kondisi devisit itulah mereka mengadakkan impor modal dan
barang,sehingga bisa tetap menyediakan mesin-mesin dan peralatan yang
dibutuhkan proses industrialisme dengan cepat.Ketika impor terus
bertambah,ternyata pendapatan ekspor tidak dapat mengikutinya sehingga
terciptalah ketidakseimbangan devisit pada neraca transaksi berjalan.Untuk
menutup menutup devisit neraca transaksi berjalan itulah pemerintah
negari-negara Dunia Ketiga menggunakan dana-dana bantuan luar negeri resmi yang
bersifat antarpemerintah(bilateral) dan investasi langsung oleh
perusahaan-perusahaan multinasional,pinjaman swasta yang diberikan oleh
kalangan perbankan komersial internasional baik kepada pihak pemerintah maupun
piha-pihak swasta dinegara-negara berkembang,serta bantuan multilateral khusus
dari bank Dunia dan lembaga-lembaga pembangunan internasional lainnya.Dengan
tersedianya sumber pembiayaan yang begitu banyak,maka neraca modal(capital
account) negara-negara berkembang acapkali mengalami surplus sehingga bisa
menutup devisit pada neraca transaksi berjalan.Surplus itu terkadang begitu
besar,melebihi devisit transaksi berjalan yang ada,sehingga negara-negara
berkembang bahkan bisa mengakumulasi cadangan internasional.
Faktor-faktor penyebab kemerosotan posisi
atau saldo neraca transaksi berjalan selama
dekade 1980-an dan 1990-an antara lain :
1. Penurunan
yang sangat tajam atas harga-harga komodisi,termaasuk minyak
2. Resesi
global pada periode 1981-1982 dan 1991-1992,yang mengakibatkan penyusutan
volume perdagangan dunia secara keseluruhan
3. Meningkatnya proteksionisme negara-negara maju terhadap
ekspor dari negara-negara berkembang
4. Meningkatkan
nilai tukar yang terlalu tinggi semakin memperparah posisi ekspor,terutaman
dinegara-negara pengekspor di Asia Timur dan beberapa negara berkembang penting
lainnya,seperti Argentina.
1980 1985 1990
1995 1996 1997
Semua negara-negara berkembang
berdasarkan kawasan
Afrika
Asia
Timur tengah
Amerika Latin
|
30,6
|
-24,9
|
-25,1
|
-96,2
|
-87,8
|
-82,9
|
-2,1
|
-1,2
|
-8,0
|
-16,6
|
-5,5
|
-6,5
|
|
-14,4
|
-13,1
|
-16,4
|
-42,5
|
-38,6
|
9,2
|
|
92,5
|
-7,6
|
0,6
|
-
|
11,4
|
10,3
|
|
-29,8
|
-1,9
|
-1,3
|
-37,1
|
-39,1
|
-66,8
|
1998
1999 2000 2001
2002 2003
Semua negara-negara berkembang
berdasarkan kawasan
Afrika
Asia
Timur tengah
Amerika Latin
|
-115,0
|
-18,1
|
-88,1
|
37,9
|
83,6
|
121,0
|
-19,5
|
-15,9
|
5,4
|
-1,5
|
-7,4
|
-3,7
|
|
48,9
|
48,1
|
45,4
|
38,1
|
-68,1
|
61,8
|
|
-25,3
|
11,5
|
69,6
|
38,1
|
29,0
|
51,7
|
|
-91,2
|
-57,0
|
-47,0
|
-54,5
|
-15,8
|
3,8
|
III.
Krisis
Utang pada Dekade 1980-an
Ø Belakang
dan Analisis
Dalam
proses pelaksanaan pembangunan ekonomi negara-negara Dunia Ketiga,akumulasi
utang luar negeri(exsternal debt) merupakan suatu gejala umum yang wajar,dimana
tabungan dalam negeri rendah,devisit neraca pembayaran sangat tinggi dan impor
modal juga sangat dibutuhkan untuk menambah sumber daya domestik.Awal tahun
1970-an,utang negara-negara berkembang relatif kecil,utang tersebut merupakan
utang resmi yang bersumber dari pemerintahan negara-negara asing serta
lembaga-lembaga keuangan internasional,seperti IMF,Bank Dunia dan bank-bank
pembangunan regional.Sebagian besar pinjaman merupakan kredit bersyarat lunak
dan sengaja diarahkan untuk menopang pelaksanaan proyek pembangunan yang tidak
saja bermanfaat secara ekonomi namun juga secara sosial,serta untuk mengimpor
barang-barang modal.Bank-bank komersial internasional mulai memainkan beberpa
peranan yang lebih besar dalam pinjaman internasional,dengan memutar surplus
dana OPEC berupa “petrodolar”serta menyalurkan berbagai pinjaman serbaguna ukan
ntuk menunjang penyelesaian devisit neraca pembayaran dan pengembangan sektor
ekspor.
Meskipun
pinjaman memeng bermanfaat,karena dapt menciptakan sumber daya yang diperlukan
untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi yang dapat menciptakan sumber daya yang
diperlukan untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan pelaksanaan proses
pembangunan,pinjaman itu ada juga biayanya.Biaya terbesar dari semakin
menumpuknya utang-utang luar negeri itu adalah meningkatnya beban pembayaran
angsuran utang(debt service).Angsuran utang tersebut terdiri dari
omortisasi(pembayaran utang pokok) dan pembayaran bunga yang tidak segera
dilunasi akan menumpuk,yang berdasar kan perjanjian dari pendapatan dan
tabungan rill luar negeri.Jika utang-uatang terus membesar atau tingkat suku
bunganya meningkat,maka denagn sendirinya pembayaran angsuran utang
meningkat.Kewajiban pembayaran angsuran hanya dapat dilakukan dari penghasilan ekspor,pengurangan impor
atau denagn menarik pinjaman barudari luar
negeri.Kewajiban negara untuk membayar angsuran utang bisa dipenuhi
denag hasil pendapatan ekspornya.Dan
apabila kompososi impor berubah,atau suku bunga tiba-tiba saja meningkat
pesat,,yang menyebabkan semakin besarnya pembayaran yang harus dilakukan dalam
meluasi utang,atau apabial penerimaan ekspor mendadak berkurang ,maka
pemerintahan negara-negara berkembang yang bersangkutan akan mengalami
kesulitan untuk membayar angsuran utangnya.Dan ini dialami oleh sebagian besar
negara-negarab Dunia Ketiga yang memiliki utang banyak di luar negeri.
Transfer
dasar dari suatu negara adalah arus masuk(arus keluar) neto valuta asing yang
berkaitan denaganoinjaman internasionalnya.Konsep tersebut diukur dan
dinyatakan sebagi selisish antara arus masuk moadal neto (net capital inflow)
dan pembayaran bunga atas akumulasi utang yang sudah ada.Sedangkan arus masuk
modal neto itu sendiri merupakan arus masuk bruto (gross inflow ) yang baru
diterima dan imortisasi (pelunasan secara bertahap ) terhadap utang-utang
sebelumnya.Konsep ini sangat penting karena dapat menunjukkan jumlah valuta
asing yang diterima atau yang dilepaskan oleh suatu negara-negara berkembang
setiap tahunnya dari arus permodalan internasional.Bahwa posisi transfer
negara-negara berkembang beruybah drastis menjadi sangat negatif,sehingga
mengakibatkan hilangnya valuta asing dan negara-negara berkembang tersebut
mengalami arus keluar modal neto (net capital outflow).
Bila
arus modal neto (FN ) dapat dinyatakan sebagi tingakat kenaikan
dari total utang luar negeri,sedangkan D menunjukkan total akumulasi hutang
tersebut,dan aopabila d adalah presentase tingkat kenaikan total utang maka:
FN = dD
Karena
utang tersebut berbunga dan bunga harus dibayarkan setiap tahunnya,kita
simbolkan r sebagai suku bunga rata-rata
sehingga rD merupakan total pembayaran bunga utabg pertahunnya.Transfer dasar (
BT) ,dengan demikian merupakan arus masuk neto dikurangi pembayaran bunga atau
:
BT
=dD – rD = (d-r)D
BT
akan bernilai positif jika d lebih besar daripada r ,dan dalam kondisi demikian
negara yang bersangkutan akan memperoleh valuta asing.Akan tetapi,jika d lebih
kecil dari r,maka transfer dasarnya menjadi negatif,dan negara tersebut akan
kehilangan valuta asing .Setiap analisis
mengenai evolusi dan prospek krisis utang negara-negara Dunia Ketiga memerlukan
tinjauan atas berbagai faktor yang menyebabkan naik/turunnya d dan r.
Ø
Asal Muasal Krisis Mata Uang
Utang eksternal
negara-negara berkembang meroket dari US$68,4 miliar hingga melebihi US$2,14
triliun,atau naik lebih dari 3000 persen.Sedangkan pembayaran pelunasan
pinjaman sendiri mengalami kenaikan hingga 2.527 persen dengan nilai lebih dari
US$277 miliar.Sebagian besar utang itu berpusat pada empat negara Amerika
Latin,yakni Brasil,Meksiko,Argentina dan Venezuela
Sesungguhnya bibit dari krisis
utang pada dekade 1980-an itu telah
mulai ditanam pada periode tahun 1974-1979,saat terjadi ledakan pinjaman
internasional yang hebat,yang dipercepa dengan kenaika harga-harga minyak olah
OPEC.Sejak tahun 1974,negara-negara berkembang mulai memainkan peranan yang
lebih besar dalam perekonomian dunia,dengan tingkat pertumbuhan rata-rata seb
6,6 persen selama tahun 1967-1973.Negara-negara industri baru dikawasan Amerika
Latin,seperti Meksiko,Brasil,Venezuela,dan Argentina,memiliki tingkat
pertumbuhan jauh di atas rata-rata negara-negara berkembangan Lainnya.Untuk
memenuhi kebutuhan pertumbuhan,beberapa negara mulai mengimpor dalam jumlah
yang besar,terutama untuk barang-barang modal,minyak,dan pangan.Ketika pinjaman
terus meningkat,terutama pinjaman yang tidak bersyarat lunak,maka negara-negara
berkembang yang berpendapatan menengah dan negara – negara industri baru tidak
dapat lagi memenuhi harapan pertumbuhannya.Lebi jauh,negara-negara berkembang
yang impornya jauh melebihi ekspornya enggan untuk mengadakan pendekatan pada
sumber-sumber keuangan yang resmi,seperti IMF,yang mungkin akan mengharuskannya
untuk melaksanakan kebijakan-kebijakan penyesuaian yang menyesatkan.Oleh karna
itu,negara-negara berkembang yang berpendapatanmenengah dan negara-negara
industri baru mulai meminjam pada
bank-bank komersial dan lembaga kredit swasta lainnya yang mulai memberikan
pinjaman serbaguna untuk menunjang neraca pembayaran.
Sebagai dampak dari faktor-faktor
tersebut,total utang luar negeri negara-negara berkembang melonjak lebih dari
dua kali lipat,dari US$ 180 miliar di tahun 1975 menjadi US$ 406 miliar di
tahun 1979,atau mengalami kenaikan lebih dari 20 persen per tahun.Hallain yang
lebih penting,kenaikan proporsi utang pada saat ini banyak disebabkan oleh
utang yang bersifat nonkonsesional yang bunganya lebih tinggi dan masa
pembayarannya lebih singkat.Pada tahun 1971,proporsi utang eksternal
nonkomsesional tersebut mencapai 40 persen dari total utang eksternal.Namun di
tahun 1975 proporsinya telah meningkat menjadi 68 persen,dan pada tahun
1979 naik lagi menjadi lebih dari 77
persen.Meskipun kenaikan pinjaman yang bersifat nonkonsensional dari
lembaga-lembaga resmi turut menyebabkan kenaikan proporsi utang,tetapi penyebab
utamanya adalah lonjakan kapasitas
kredit dari pasar-pasar modal (swasta) internasional hingga tiga kali lipat
ketimbang sebelumnya.Lonjakan total utang dan kenaikan proporsi pinjaman
komersial nonkonsesional tersebut selanjutnya menjadi penyebab utama atas
melambungnya total beban pembayaran bunya dipundak negara-negara pemiutang.
Lonjakan jumlah utang negara-negara
Dunia Ketiga terjadi pada perioda pasca-lonjakan harga minyak pertama
itu,antara tahun 1974-1979.Atmosfer perekonomian internasional yang cukup
positif dan kondusif memungkinkan negara-negaraberkembang memacu pertumbuhan
ekonominya tanpa adanya kesulitan untuk melaksanakan kewajiban pelunasan utang
luar negerinya.Sistem ekonomi global tersebut juga memperlancar proses
perputaran dolar-dolar surplus ekspor dari negara-negara pengekspor minyak
negara-negara pengimpor minyak melalui kegiatan perkreditan yang dijalankan
oleh bank-bank swasta internasional,serta membantu untuk meredam resesi ekonomi
di banyak negara industri maju sehingga daya serap pasar-pasar mereka terhadap
produk-produk ekspor negara-negara Dunia Ketiga tetap terjaga.
Sayangnya periode positif ini
berlangsung singkat.masa-masa berikutnya menjadi lebih suram.Lonjakan jumlah
utang negara-negara Dunia Ketiga pada periode 1974-1979 turut melatarelakangi
munculnya berbagai masalah pada periode selanjutnya.Kejutan harga minyak
kedua,yangterjadi pada tahun 1979, meluruhkan berbagai kondisi ekonomi
internasional kondusif bagi berlangsungnya arus perkreditan internasional pada
periode sebelumnya.Lonjakan harga minyak menyebabkan negara-negara berkembang
harus menghadapi kenaikan harga minyak yang sangat tinggi yang memberatkan
rekening-rekening impor negara-negara berkembang yang tidak memiliki minyak dan
juga mempengaruhi impor barang-barang industri.
Faktor selanjutnya yang memberatkan
negara-negara berkembang adalah mengalirnya modal-modal domestik keluar negeri
yang dikenal sebagai fenomena pelarian modal.Antara tahun 1976 hingga tahun 1985,terjadi
pelarian modal secara besar-besaran.Sekitar US$ 200 miliar dana-dana dari
negara-negara miskin pengutang terbesar dilarikan ke negara-negara maju.Jumlah
itu setara dengan 50 persen total utang luar negeri yang ditarik oleh
negara-negara Dunia Ketiga dalam periode yang sama.Diperkirakan sekitar 62
persen utang luar negeri Argentina dan 71 persen utang meksiko tercipta akibat
adanya kebutuhan untuk menutup kelangkaan modal yang diakibatkan oleh pelarian
modal tersebut.Bahkan ada beberapa perkiraan yang menyebutkan bahwa seandainya
pelarian modal dari Meksiko itu tidak terjadi,maka jumlah maksimal utangnya
pada tahun 1985 hanya mencapai US$ 12 miliar
Dihadapkan pada situasi-situasi
kritis seperti ini,negara-negara Dunia Ketiga memiliki dua pilihan kebijakan
untuk mengatasinya.
Ø Pertama
Mereka dapat membendung impor serta
menerapkan kebijakan-kebijakan fiskal dan moneter,yang resikonya akan
memperlambat pertumbuhan ekonomi.
Ø Kedua
Mereka menarik utang lebih banyak
lagi untuk membiayainya defisit neraca transaksi yang semakin besar itu.
NB
*Eurodolar
adalah deposito dolar yang tersimpan di bank-bank di luar wilayah negara yang
mencetaknya (di luar Amerika Serikat) dan tidak hanya yang didepositokan di
bank-bank eropa.Bank-bank itu bukannya mengirimkan dolar tersebut ke Amerika
Serikat ,melainkan memutarinya sendiri.Sehingga dolar itu pun tertahan di luar
Amerika; di samping itu,bank-bank tersebut juga secara langsung menerima
deposito dolar dan membayarnya bunganya.
IV.
Upaya Penangulangan Instabilitasi
Makroekonomi.
Ø Program
stabilitasi IMF
Salah satu
rangkaian kegiatan yang terpaksa ditempuh oleh suatu negara dalam menanggulangi
berbagai macam masalah masalah utnag luar negeri.
Gagasan dasarnya adalah,melalui
upaya renegosiasi,bisa diharapkan masa pembayaran utang akan diperpanjang dan
suku bunganya bisa direndahkan atau untuk mendapatkan pinjaman tambahan dengan
syarat-syarat yang ringan.Tetapi sebelum konsorsium bank internasional bersedia
mempertimbangkan untuk memberikan
keringanan tersebut,mereka menuntut agar negara pengutang,yang bersangkutan
untuk lebi dahulu mendapatkan rekomendasi dari
IMF.Selanjutnya,IMF baru bersedia memberikan rekomendasi dan
bantuan-bantuan finansialnya apabila negara-negara berkembang tersebut
sebelumnya bersedia menjalankan resep-resepnya untuk menyembuhkan perekonomian
dan memperbaiki kondisi-kondisi neraca pembayaran mereka,yakni dengan
melaksanakan Kebijakan-kebijakan
Stabilisasi (Stabilization Policies).Kesediaan negara-negara Dunia Ketiga
untuk melakuakan kebijakan stabilitas IMF juga mereka nilai sebagai bukti
kesungguhan mereka untuk menurunkan
defisit neraca pembayaran dan berusaha mengumpulkan devisa untuk melunasi
utang-utang mereka terdahulutepat pada waktunya.
Pada dasarnya terdapat empat
komponen dasar yang terkandung dalam
program stabilisasi IMF :
1) Penghapusan
atau liberalisasi atas kontrol pihak pemerintah terhadap lalu lintas devisa dan
impor
2) Devaluasi
nilai tukar resmi mata uang domestik negara-negara berkembang yang sering kali
terlalu tinggi (overvalued)
3) Pemberlakuan
program-programa antiinflasi serba ketat yang terdirir dari
a) Kontrol
terhadap arus kredit perbankan dalam rangka meningkatkan suku bunga dan
memperketat syarat-syarat volume cadangan mnimum ,yakni sebagian dana yang
harus disimpan di bank sentral sebelum suatu bank komersial dapat melemparkan
kreditnya kepada nasabah.
b) Kontrol
terhadap defisit anggaran pemerintah melalui pembatasan belanja
negara,khususnya di bidang-bidang pelayanan sosial bagi penduduk miskin,susidi
bahan pangan,yang biasanya disertai denag upaya-upaya peningkatan pajak,dan
harga-harga produk yang dihasilkan oleh perusahan-perusahan milik pemerintah
c) Kontrol
terhadap kenaikan tingkat upah secara keseluruhan (agregat)
guna memastikan bahwa tingkat upah tersebut tidak melebihi tingkat inflasi.
d) Menghilangkan
berbagai macam bentuk kontrol harga serta mendorong mekanisme pasra yang lebih
bebas.
Pada awal decade 1980-an,banyak negara pengutang
yang telah kehabisan cadangan
devisa.Negara-negara Dunia Ketiga yang mengalami malapetaka itu antara lain adalah Meksiko ,brazil ,Argentina, ,Bangladesh,dan Ghana,sehingga
meraka selanjutnya terpaksa mengajukan permohonan kepada IMF untuk mendapatkan
tambahan bantuan devisa.Pada tahun 1992,ada 10 negara yang telah melaksanakan
negosiasi untuk mendapatkan pinjaman SDR khusus senilai 37,2 miliar unit
SDR.Untuk dapat menerima bantuan
tersebut ,ini yang lebih penting,mengadakan negosiasi demi mendapatkan
kredit tambahan dari bank-bank swasta internasional,semua negara tersebut
diwajibkan untuk menerapkan sebagian atau keseluruhan menu kebijakan
stabilitas yang dirumuskan oleh
IMF.Meskipun kebijakan tersebut berpotensi besar untuk menurunkan
lonjakaninflasi dan memperbaiki kondisi neraca
pembayaran negara-negara berkembang yang bersangkutan,tetapi
program-program tersebut secara politis tidak populer (seperti
Venezuela,Nigeria, Indonesia dan Korea Selatan yang memperlihatkan sikap anti
IMF pada dekade 1990-an) karena dapat memperlambat usaha-usaha pembangunan yang
sifatnya paling fundamental .
Pihak
yang paling dirugikan adalah golongan masyarakat yang berpenghasilan menengah
kebawah.Dalam lingkungan perdagangan dunia yang serba tidak adil seperti
sekarang ini,masalah-masalah dan krisis neraca pembayaran yang dihadapi oleh
negara-negara Dunia Ketiga sebenarnya bersifat struktural dan jangka
panjang.Itulah sebabnya kebijakan-kebijakan stabilisasi yang berjangka pendek
seperti yang sering dipaksakan oleh IMF tidak akan membuahkan hasil-hasil yang
memuaskan ,bahkan sebaliknya bisa menyebabkan krisis pembangunan dalam jangka
panjang yang lebih parah lagi.
Tanpa
adanya restrukturiasasi secara besar-besaran terhadap perekonomian domestik
negara-negara berkembang itu sendiri mungkin disertai dengan bantuan
penyesuaian strukutral (structural adjustment loans) dari bank-bank dunia dan
perombakan tata ekonomi internasional agar lebih adil daripada sekarang ini,maka
pada dasarnya setiap pemberlakuan kebijakan-kebijakan ekonomi ortodoks dalam
rangka mengejar tujuan-tujuan penyeimbang neraca pembayaran yang juga bersifat
ortodoks hanya merusak sistem yang sebenarnya hendak dipertahankan oleh
IMF.Meskipun motifnya tidaklah seburuk seperti yang dikemukakan oleh Cheryl
Payer dan para teoritisi ketergantunagn lainnya,tetapi kebijakan-kebijakan
finansial IMF yang serba ketat itu memang cenderung memperparah kesulitan yang
sudah ada dan menciptakan beban ekonomi tambahan yang sebenarnya tidak perlu
ada terhadap negara-negara yang sesungguhnya sudah terlalu miskin untuk
menanggungnya.
Ø Strategi
untuk Melepaskan Diri dari Utang
Banyak usulan yang telah diajukan
untuk meringankan atau untuk meregonesiasi beban utang negara-negara pengutan terbesar.Usulan
itu sendiri sangat bervariasi :
Mulai dari alokasi baru sejumlah SDR
sampai dengan program retrukturisasi (retructuring) dalam dasar-dasar utang
yang lebih memihak kepada negara-negara yang sedang berkemnbang,pembayaran
pokok pinjaman yang telah terlanjur jatuh tempoh selama periode konsolidasi
selama kurun waktu tertentu.
Usulan yang dikemukan oleh pengaturan
Paris Club,yang menawarkan suatu paket bantuan yang sangat bersifat konsesional
yang kemudian lebih dikenal sebagai dasar-dasar Toronto .Pengaturan
bilateralatas pinjaman resmi yang tersebut akan memungkinkan pemerintah
negara-negara pemberi pinjaman atau kreditor untuk memilihsalah satu alternatif
bantuan konsesional:penangguhan atau pembatalan sebagian pinjaman nonkonsesional,maksimal
hingga sepertiga dari total utang komersial itu.Penurunana suku bunga atas
keseluruhan volume pinjaman atau perpanjangan periode pembayaran sampai dengan
25 tahun;semua itu dianjurkan sampai peminjam melunasi semua utangnya.
Rencana Brady (Brady Plan) ;
mencantumkan sebuah klausulbaru guna untuk meredam potensi kerugian bagi
bank-bank komersial.Rencana ini bermaksud untuk menghapus sebagian utang tetapi
sisa pinjaman yang tidak terhapuskan akan dijamin pelunasannya oleh IMF atau
Bank Dunia,asalakan negara-negara berkembang yang bersangkutan bersedia
melaksanakan program-program penyesuaian yang disaranakan oleh
IMF,mempromosikan pasar bebas,menarik investasi asing,dan mengembalikan modal
dan dana milik asing .
Usulan Pertukaran Utang-untuk-Modal (debt-for-equityswap)
Mekanisme ini meliputi penjualan
surat-surat promes dari pemerintah negara-negara berkembang yang merupakan
dokumen pinjaman komersial negara-negara berkembang kepada investor swasta
(sebagian besar adalah perusahan-perusahan asing) dengan potongan harga lebih
dari 50 persen dalam pasar-pasar perdagangan sekunder .Perusahan-perusahan itu
kemudian memperdagangkan surat promes negara-negara debitor tersebut untuk
mendapatkan aset lokal yang dimiliki negara,seperti perusahan pelebur baja atau
perusahan telekomunikasi.Bank-bank komersial sekarang lebih bersedia untuk
melibatkan diri falam transaksi-transaksi seperti ini karena penafsiran dan
aturan perbankan yang baru di Amerika Serikat memungkinkan mereka untuk
mencatat penghapusan utang itu sebagai biaya sehinga akan mengurangi biaya
pajak mereka tanpa harus mengurangi nilai buku dari utang-utang lainnya yang
dimiliki oleh negara tersebut.
Pertukaran Utang untuk Lingkungan
(debt-for-nature swap)
Pihak kreditor dihimbau untuk
memberi keringanan utang bagi negara-negara berkembang asalkan pemerintah di
negara-negara Dunia Ketiga mau melakukan langkah-langkah preservasi atau
pelestarian lingkungan hidup secara lebih serius.Sebagin besar program ini diperjuangkan
oleh lembaga-lembaga swadaya masyarakat seperti World Wildlife Fund atau Nature
Conservansi .Mereka bahkan bersedia membeli surat promes negara-negara
berkembang pada tingkat diskonto tertentu dari bank lokal,lalu
merestrukturisasikan menjadi alat pembayaranberupa mata uang setempat yang
selanjutnya digunakan untuk membayai berbagai kegiata pelestarian lingkungan.
Meskipun banyak negara berkembang
itu sendiri yang memang bertanggung jawab,paling tidak sebagian atas terjadinya
akumulasi utang tersebut,tetapi kondisi-kondisi ekonomi yang buruk yang mereka
hadapi pada umumnya memang berada diluar jangkauan kontrol mereka .Dalam
kenyataannya terbentuk iklim ekonomi global dewasa ini yang cenderung merugikan
mereka itu lebih di sebabkan oleh kebijakan-kebijakan stabilitas ekonomi yang
dijalankan oleh negar-negara industri maju,yang juga telah meningkatkan tingkat
suku bunga,menciptakan resesi ekonomi dunia,dan menurunkan permintaan atas
ekspor dari negara-negara berkembang.
Pada saat yang
bersamaan,banyak negara berkembang berpendapatan rendah yang juga merupakan
pengutang terbesar,khususnya yang berada di Afrika,terperangakap dalam satu
linkaran setan.Pembayaran utang eksternalnya justru menciptakan hambatan
pertumbuhan ekonomi,padahal pertumbuhan ekonomi itulah yang merupakan
satu-satunya harapan bagi mereka untuk membebaskan diri dari jebakan utang
untuk selama-lamanya.
STUDI KASUS
Argentina ;
Krisis utang
Argentina adalah
sebuah negara Amerika
Latin yang
terletak di bagian selatan benua Amerika
Selatan,
posisinya berada di antara Pegunungan
Andes di
barat dan Samudra
Atlantik di
selatan. Lokasi ini membuat Argentina dikenal sebagai 'negara paling selatan di
selatan' (bahasa
Spanyol:
"Sur del sur").
Argentina mempunyai kawasan yang luas dan merupakan negara terbesar kedelapan
di dunia, sedangkan ibu kotanya Buenos
Aires adalah
salah satu metropolitan yang terpadat di dunia. Negara ini
berbatasan dengan Paraguay dan Bolivia di sebelah utara, Brasil dan Uruguay di timur laut dan Chili di sebelah barat. Nama resminya untuk
kepentingan legislatif ialah 'Negara Argentina' (Nacion Argentina).
Argentina adalah satu-satunya negara Amerika
Latin yang ikut serta dalam Perang Teluk 1991 di bawah mandat PBB serta dalam setiap
tahap operasi di Haiti. Argentina juga telah
ikut serta dalam operasi penjaga
perdamaian di seluruh dunia, termasuk di El Salvador-Honduras-Nikaragua, Guatemala, Ekuador-Peru, Sahara Barat, Angola, Kuwait, Siprus, Kroasia, Kosovo, Bosnia dan Timor Timur. Untuk menghargai
sumbangannya terhadap keamanan internasional dan upaya menjaga perdamaian,
Presiden AS Bill Clinton menyebut Argentina
sebagai sekutu non-NATO yang utama pada Januari 1998. Pada 2005, Argentina
terpilih sebagai anggota tidak tetap Dewan
Keamanan PBB.
Saat ini Argentina mengutamakan hubungan luar
negerinya dengan Mercosur, berbeda dengan
tekanan pada 1990 yang lebih mengutamakan Amerika Serikat.
Pada 2005, antara 4 November dan 5 November, kota Mar del Plata di Argentina menjadi
tuan rumah untuk Pertemuan Puncak ke-4 Negara-negara Amerika. Pertemuan ini
ditandai oleh sejumlah insiden protes anti AS.
Argentina mengklaim kedaulatan atas Kep.
Falkland/Malvinas, Kep. Shetland Selatan, Kep. Sandwich Selatan dan wilayah seluas
hampir 1 juta km² di Antartika, antara 25ºBB dan 74ºBB dan garis paralel 60ºLS.
Wilayah Antartika ini disebut Antartika Argentina dan dianggap sebagai
bagian dari Wilayah Nasional, karena berbagai alasan, antara lain adalah pendudukan permanen selama lebih dari
satu abad.
Argentina adalah sebuah negara yang kaya dengan SDA, tingkat melek huruf yang tinggi, sektor pertanian yang maju serta industri yang beragam.
Malangnya, sejak akhir 1980-an negara ini telah menimbun hutang luar negeri
yang tinggi, inflasi sampai 200% sebulan,
dan pengeluaran yang merudum.
Dalam mengatasi krisis ekonomi tersebut, pemerintahan telah mengambil
langkah-langkah seperti liberalisasi perdagangan, deregulasi, dan swastanisasi. Pada 1991,
pemerintahan telah melaksanakan reformasi finansial yang radikal dengan
mematok peso kepada dolar AS dan mencanangkan
pertumbuhan keuangan untuk perlindungan moneter secara undang-undang.
Walaupun pada mulanya berhasil menurunkan
tingkat inflasi dan pertumbuhan PDB yang semakin pulih, krisis ekonomi yang
melanda Meksiko, Asia, Rusia dan Brasil pada 1999 telah
mengeruhkan keadaan ekonomi negaranya.
Keadaan ekonominya semakin meruncing pada 2001
dengan widening of spreads pada
Bon Argentina, pengeluaran secara besar-besaran oleh bank serta kejatuhan
keyakinan pengguna dan para buruh. Usaha pemerintah untuk mencapai zero deficit, menstabilisasikan
sistem perbankan, dan mengekalkan pertumbuhan ekonomi tidak mampu membendung
masalah ekonomi yang semakin meningkat itu. Pada 21 Desember, Presiden De La Rua telah disingkirkan akibat rusuhan rakyat kelas
pertengahan dan Kongres melantik Eduardo Duhalde sebagai ketua negara
sementara. Duhalde kemudian bertemu dengan pegawai IMF untuk mendapat
pinjaman tambahan $20 juta. Tambatan peso kepada dolar telah digugurkan pada
Januari 2002, dan peso telah diapung dari dolar pada Februari yang
mengakibatkan mayoritas rakyatnya kehilangan semua simpanan hidup mereka
sewaktu kejatuhan ekonomi 2001 (Pada 2002 PDB adalah negatif 11%, inflasi
mencecah 41% dan lebih 37% penduduknya hidup di bawah garis kemiskinan).
Pada 23 Desember 2001, presiden sementara Adolfo
Rodriguez Saa telah mendeklarasikan moratorium utang.
Menurut pakar agronomi Alberto Lapolla, yang
telah banyak menulis tentang transformasi Argentina dari sebuah negara bijian
kepada "republik kedelai", 450.000 rakyatnya mati kelaparan di antara
1990 dan 2003. Berdasarkan kajian Institut d'études sur l'État et la participation (IDEP), ia
menambahkan bahwa setiap hari 55 anak-anak, 35 dewasa dan 15 warga tua di
negara ini mati akibat penyakit yang berkaitan dengan kelaparan.
Namun demikian pada Januari 2004, keadaan
ekonomi telah menunjukkan tanda-tanda membaik disebabkan pertumbuhan dalam yang
meriah pada tahun 2003. Pemulihan ekonomi negara diperkirakan berlanjut untuk
beberapa tahun yang akan datang dengan kadar pertumbuhan dalam yang konstan.
Walaupun begitu, sewaktu perjumpaan tahunan yang dihadiri anggota IMF/Bank Dunia, ketua-ketua IMF, Uni Eropa, G7 negara industri dan Institut Keuangan Internasional (IIF) yang diadakan
pada 1-2 Oktober, Presiden Néstor
Kirchner telah diberi peringatan untuk segera menstrukturkan
kembali hutang negara, menambah belanjawan surplusnya untuk membayar lebih
banyak hutangnya serta mengenakan reformasi struktur untuk membuktikan kepada
komunitas keuangan sedunia bahwa Argentina layak menerima pinjaman serta
investasi dari mereka.
Demografi
Mengenang Krisis Ekonomi Argentina
Masa-masa bangkit dari
keterpurukan, serta membangun puing-puing ekonomi yang dialami oleh Indonesia
sesungguhnya tidak begitu berbeda dengan kasus Argentina yang juga dihantam
badai krisis ekonomi .
Walaupun sebab krisis bisa dikatakan berlainan,
tetapi pigura perekonomian antara Indonesia dan Argentina relatif sama,
khususnya pada ketergantungannya terhadap utang luar negeri. Dengan
karakteristik tersebut, tidaklah salah apabila Indonesia bisa menengok dan
belajar dari kasus yang menimpa Argentina.
Argentina merupakan sampel dari tipikal
negara-negara dunia ketiga yang hendak membangun ekonomi negara secara cepat
dengan semangat kepentingan nasional yang menyala (structuring self-national interest). Cita-cita ini biasanya
ditempuh lewat pencapaian tunggal ekonomi, yakni pertumbuhan ekonomi (economic growth) yang tinggi.
Khusus untuk Argentina, target pertumbuhan
ekonomi yang tinggi tersebut diperoleh lewat penggunaan tabungan publik (public savings) untuk membiayai
investasi publik (public investment).
Setidaknya selama dekade 1980-an persentase investasi publik terhadap GDP di
Argentina mencapai rata-rata 8% per tahunnya. Angka tersebut sungguh fantastis
bila dibandingkan dengan negara-negara besar Amerika Latin lainnya seperti
Brazil yang persentasenya hanya 3%, Chile 3,5%, dan Meksiko 4,4%. Dari sudut
pandang ini bisa disimpulkan bila pada akhirnya investasi publik tersebut
memunculkan multiplier effect
terhadap pertumbuhan ekonomi yang cukup besar.
Tetapi sebagaimana lazimnya pilihan-pilihan
kebijakan ekonomi, prioritas investasi publik yang demikian tinggi di Argentina
harus dibayar dengan ongkos yang besar pada aspek lain, yakni besarnya defisit
anggaran (budget deficit).
Pengeluaran anggaran yang demikian besar itu tentu saja menimbulkan risiko
inflasi yang membumbung, dan sebagaimana diketahui inflasi yang terjadi di
wilayah Amerika Latin merupakan yang tertinggi di dunia, bahkan mencapai
pertumbuhan ribuan persen pada akhir 1980-an dan awal 1990-an.
Pada saat anggaran sudah tidak dapat lagi
menjadi penopang pertumbuhan ekonomi (melalui deficit spending) prioritas yang diambil oleh pemerintah
Argentina adalah, sebagaimana jamaknya negara berkembang lainnya, melakukan
pinjaman luar negeri (foreign debt).
Bahkan saat ini Argentina merupakan salah satu negara peminjam utang luar
negeri terbesar di dunia, di samping Brazil, Indonesia, dan Venezuela.
Utang luar negeri tersebut, yang berperan
penting dalam menopang investasi publik di Argentina (dan menjadi motor
pertumbuhan ekonomi), saat ini telah turut membebani anggaran belanja
pemerintah.
Ketergantungan terhadap utang luar negeri
menjadi kian besar di Argentina, di mana pada tahun 2001 telah mencapai 132
milyar dollar, dikarenakan sejak dulu masalah sistem perpajakan (tax system) sebagai sumber penerimaan
domestik tidak terlalu diperhatikan. Di negara-negara Amerika Latin beban pajak
cenderung rendah secara sistematis, khususnya apabila dibandingkan dengan
negara-negara Asia yang memiliki level pembangunan sama. Sebagian besar jenis
pajak di negara Amerika Latin adalah tidak langsung (indirect tax), sehingga tidak terelakkan apabila sistem perpajakannya
cenderung regresif.
Sistem tersebut hanya bisa “menggorok” penduduk
yang berpendapatan rendah, tetapi tidak dapat menyayat penduduk yang memiliki
pendapatan tinggi (wealthy people).
Sehingga sangat wajar apabila pemasukan pajak yang cukup besar di Argentina
kebanyakan berasal dari pajak ekspor. Tetapi ketika pajak ekspor mulai
dikurangi, khsususnya untuk produk-produk primer pada dekade 1970-an,
penerimaan pajak pemerintah sebagian besar Cuma berasal dari pungutan
yang diambil dari investasi khusus (special
investment).
Sketsa buram dari negara Amerika latin tersebut,
menjadi obor semangat bagi kita untuk memunculkan keberanian yang tegas
untuk menyelesaikan secara tuntas praktik-paktik ekonomi yang selama ini
menyumbang besar bagi kehancuran perekonomia Indonesia seperti kasus korupsi,
kolusi, dan penyalahgunaan wewenang lainnya.
Tentu saja selama aspek-aspek tersebut belum
disentuh oleh hukum, semakin membuat tingkat kepercayaan masyarakat terhadap
pemerintahannya merosot, belum lagi soal tidak akan terjadinya kemungkinan bagi
pengembangan sistem ekonomi yang lebih baik dikemudian hari.
Sindonews.com - Dana Moneter
Internasional (IMF) memberikan teguran keras terhadap pemerintah Argentina atas
kegagalan mengatasi inflasi dan buruknya data pertumbuhan Produk Domestik Bruto
(PDB).
Dewan Eksekutif IMF menyebutkan, Argentina telah gagal membuat kemajuan dalam meningkatkan akurasi data. Untuk itu, mereka meminta negara Amerika Latin tersebut memperbaiki data tanpa ada penundaan.
"Kami telah mengeluarkan pernyataan mengecam Argentina sehubungan dengan pelanggaran atas kewajiban dana," ujar IMF dalam pernyataannya, seperti dilansir Reuters, Sabtu (2/2/2013).
Sebelumnya, Kementerian Ekonomi Argentina, Jumat (1/2/2013) malam, meminta pertemuan luar biasa dewan IMF untuk membahas kebijakan pemberian pinjaman multinasional terhadap negara Amerika Selatan itu.
Hubungan IMF dan Argentina terus memburuk sejak 2001-2002 akibat krisis utang negara. Argentina dinilai telah menyalahi kebijakan yang dikeluarkan IMF.
"Ini adalah langkah serius IMF. Situasi di Argentina semakin memburuk dan tidak ada tanda-tanda pemerintah mempunyai atau bahkan mencoba mengatasi masalah dasar pada pendanaan," kata Riordan Roett, direktur studi dari Johns Hopkins, Sekolah Paul H Nitze of Advanced Studies Internasional di Washington, AS.
Dewan Eksekutif IMF menyebutkan, Argentina telah gagal membuat kemajuan dalam meningkatkan akurasi data. Untuk itu, mereka meminta negara Amerika Latin tersebut memperbaiki data tanpa ada penundaan.
"Kami telah mengeluarkan pernyataan mengecam Argentina sehubungan dengan pelanggaran atas kewajiban dana," ujar IMF dalam pernyataannya, seperti dilansir Reuters, Sabtu (2/2/2013).
Sebelumnya, Kementerian Ekonomi Argentina, Jumat (1/2/2013) malam, meminta pertemuan luar biasa dewan IMF untuk membahas kebijakan pemberian pinjaman multinasional terhadap negara Amerika Selatan itu.
Hubungan IMF dan Argentina terus memburuk sejak 2001-2002 akibat krisis utang negara. Argentina dinilai telah menyalahi kebijakan yang dikeluarkan IMF.
"Ini adalah langkah serius IMF. Situasi di Argentina semakin memburuk dan tidak ada tanda-tanda pemerintah mempunyai atau bahkan mencoba mengatasi masalah dasar pada pendanaan," kata Riordan Roett, direktur studi dari Johns Hopkins, Sekolah Paul H Nitze of Advanced Studies Internasional di Washington, AS.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Beban
krisis utang seharusnya bukan pada Negara-negara Dunia Ketiga saja ,tetapi
semua Negara juga.Namun,pada kenyataannya yang paling banyak menagbgung beban
tersebut adalah negar-negara berkembang yang justru paling lemah.Banyak
diantara mereka yng harus mengalami masa-masa yang sangat sulit,apalagi mereka
juga harus melaksanakan serangkaian usaha penyesuaian structural yang serba
menyakitkan.Dalam waktu bersamaan,pihak Negara-negara maju seharusnya juga
mengendurkan kebijakan-kebjakan moneternya yang terlampau restriktif dan
meningkatkan impor dari Negara-negara berkembang.Srangkaian penelitian
menunjukkan bahwa,selain stabilitas politik,elemen penting bagi kemampuan Negara-negara
berkembang untuk mengatasi utang luar negerinya,dan untuk menarik modal
investor swasta,adalah penyesuaian suku bunga modal dan domestic.Penambahan
praktek penghapusan utang lebih lanjut asih sangat diperlikan untuk teratasinya
krisis utang.
B.
Saran
Maka
dengan itu kita sebagai masyarakat harusnya salng mendukung upaya pemerintah
dalam menaggulangi krisis utang luar negeri.Karna ini adalah salahsatu factor
penting dalam pembangunan dan pertumbuhan sebuah Negara , khususnya Negara kita
Indonesia tercinta.Semoga dengan membaca makalah ini pembaca semakin memahami
seprti apa krisis utang luar negeri juga bersa cara enggulangannya.
Langganan:
Postingan (Atom)